Rerintikan hujan mulai membasahi dedaunan pohon-pohon yang tegap, awan yang mendung berjalan beriringan kemana angin berhembus membawanya, angin yang bersemilir riuhmembuat suasana semakin syahdu. Burung-burung pipit berkicau kian merdu, tampak disisi kedua pohon itu sebuah bangku ayunan klasik terbuat dari kayu, samar-samar terlihat seorang gadis belia duduk termenung menatap awan yang berarakan di angkasa luas, rambutnya yang panjang terlihat semakin indah terbang dibuai oleh sang angin yang bersemilir, disela-sela matanya tergenang suatu buliran air matayang perlahan-lahan jatuh ke kedua pipinya.
Hah, ya gadis itu menangis, menangis terisak-isak didalam seruan rerintikan hujan yang tak mau kalah dari suaranya, tiba-tiba tanpa ia sadari sebuah tangan-tangan besar meraih pundak gadis itu dari belakang dan merangkulnya dengan erat, sangat erat sekali seakan tak mau melepaskannya, gadis itu menyentuh jemari-jemari panjang dan kasar milik tangan besar itu, menyentuhnya dengan perlahan dan dengan penuh kasih sayang, menggenggamnya kuat seakan tak menginginkan jemari-jemari itu lepas dari genggamannya. Hangat, buliran-buliran air mata yang jatuh berderai dipipi sang gadis itu terus mengalir tiada henti ke atas genggaman tangannya dan kekasihnya itu, hening dan sunyi,,,
****
Sang mentari pagi bersinar dengan terang, tersenyum riang kepada semua ciptaan_Nya diseluruh jagat raya, seakan menambah semangat kepada setiap orang yang melihat sinarannya. selangkah demi selangkah tedengar hentakan seseorangtengah berjalan, pelan namun tepat.
"Rahma" panggil seseorang gadis berkacamata minus seraya tersenyum.
Rahma, begitulah panggilan gadis belia yang tengah berjalan itu, sembari membalikkan badannya Rahma melambai kearah suara yang memanggilnya itu seraya berkata, "Ada apa Na?"
"Tungguin dong, main jalan aja. lagi mikirin apaan sih?" tanya Rina, gadis yang memanggil Rahma.
"Duh, maaf ya gak kelihatan Rina tadi, hm,, gak mikirin apa-apa kok, ya udah ayo kita jalan lagi, ntar keburu masuk"
Rahma dan Rina pun melanjutkan perjalanan mereka sembari tertawa-tertawa lepas, hingga akhirnya Rahma melihat sesuatu hal yang sangat membuat hatinya seakan ingin meledak saat itu, sesak dan sakit sekali. Tawanya yang ringan kini telah berganti dengan isak-isak tangis tertahan, kedua kakinya terpaku kelu menatap dua orang insan yang sedang berjalan di depannya, sangat mesra bagaikan sepasang burung merpati yang sedang dilanda benih-benih asmara, bergandengan tangan, tertawa bersama, dan sang cowok membelai lembut rambut sang cewek yang terurai sebahu dengan jepitan kecil diponinya itu dengan penuh kasih sayang.
"Rahma" panggil Rina, "Kamu tidak apa-apa?"
Sembari tersenyum kecut Rahma berlari meninggalkan Rina dan melewati sepasang insan yang tengah dilanda asmara itu. Air matanya berjatuhan tiada henti setiap ia mengingat-ingat kejadian itu, kini yang di rasakan Rahma hanya sesak, perih, dan melayang. Ia terus berlari dan berlari tanpa tujuan. Melihat Rahma berlarian pun Rina menghampiri cowok tersebut dan memarahinya.
"Ndre kamu jahat, tega banget kamu begitu" Ujar Rina meninggalkan Andre dan Feyha kebingungan.
Bersambung...,,,
Sang mentari pagi bersinar dengan terang, tersenyum riang kepada semua ciptaan_Nya diseluruh jagat raya, seakan menambah semangat kepada setiap orang yang melihat sinarannya. selangkah demi selangkah tedengar hentakan seseorangtengah berjalan, pelan namun tepat.
"Rahma" panggil seseorang gadis berkacamata minus seraya tersenyum.
Rahma, begitulah panggilan gadis belia yang tengah berjalan itu, sembari membalikkan badannya Rahma melambai kearah suara yang memanggilnya itu seraya berkata, "Ada apa Na?"
"Tungguin dong, main jalan aja. lagi mikirin apaan sih?" tanya Rina, gadis yang memanggil Rahma.
"Duh, maaf ya gak kelihatan Rina tadi, hm,, gak mikirin apa-apa kok, ya udah ayo kita jalan lagi, ntar keburu masuk"
Rahma dan Rina pun melanjutkan perjalanan mereka sembari tertawa-tertawa lepas, hingga akhirnya Rahma melihat sesuatu hal yang sangat membuat hatinya seakan ingin meledak saat itu, sesak dan sakit sekali. Tawanya yang ringan kini telah berganti dengan isak-isak tangis tertahan, kedua kakinya terpaku kelu menatap dua orang insan yang sedang berjalan di depannya, sangat mesra bagaikan sepasang burung merpati yang sedang dilanda benih-benih asmara, bergandengan tangan, tertawa bersama, dan sang cowok membelai lembut rambut sang cewek yang terurai sebahu dengan jepitan kecil diponinya itu dengan penuh kasih sayang.
"Rahma" panggil Rina, "Kamu tidak apa-apa?"
Sembari tersenyum kecut Rahma berlari meninggalkan Rina dan melewati sepasang insan yang tengah dilanda asmara itu. Air matanya berjatuhan tiada henti setiap ia mengingat-ingat kejadian itu, kini yang di rasakan Rahma hanya sesak, perih, dan melayang. Ia terus berlari dan berlari tanpa tujuan. Melihat Rahma berlarian pun Rina menghampiri cowok tersebut dan memarahinya.
"Ndre kamu jahat, tega banget kamu begitu" Ujar Rina meninggalkan Andre dan Feyha kebingungan.
Bersambung...,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar