Selasa, 17 Mei 2011

"Serpihan hati Rahma,, (2)"

       Dua hari pun telah berlalu semenjak kejadian tak mengenakan itu terjadi, Rahma kembali menjalankan rutinitasnya seperti biasa walaupun ada satu yang berbeda dengan dia yang dulu, perbedaan itu mulai dirasakan oleh Andre, kekasihnya. Entah kenapa dan apa alasannya Rahma yang selalu berdua dengan kekasihnya kini mulai menghindari Andre, ini sangat membuat hati Andre sesak dengan beribu-ribu pertanyaan.
      "Rahma" seru Andre tiba-tiba di kala ia tengah menulis, "Kamu kenapa sayang? kok akhir-akhir ini selalu menghinari aku?"
       Sembari tersenyum dan masih tetap menulis Rahma menjawab, "Gak ada apa-apa kok Ndre, aku biasa-biasa aja kok, gak ada tuh aku menghindari kamu, hanya perasaan kamu saja."
       "Tapi Ma, ini beda. Ku yakin ini bukan hanya perasaanku saja, tapi sifat kamu memang berubah, kenapa Ma? Aku salah apa?"
       "Gak nyadar juga kamu ternyata" lirih Rahma.
       "Gak nyadar? Maksud kamu gak nyadar apa ayang?"
       "Hm,, memangnya aku ada bilang begitu? gak kok, gak ada apa-apa, semua berjalan seperti biasanya" ujar Rahma sembari meletakkan pena ditengah buku yang sedang ia tulis.
       "Kalau memang gak ada apa-apa, kenapa kamu gak mau menatap mataku Ma? coba tatap mataku Ma, tatap Ma!" pinta Andreseraya menyentuh pipi Rahma.
       Rahma yang baru kali ini tidak suka pipinya disentuh Andre pun menpis tangan Andre, berdiri dan menatap Andre dengan pandangan yang dingin, "Maaf aku harus ke kantor kepsek sekarang"
       Kini Rahma meninggalkan Andre yang masih duduk dan memperhatikan kemana Rahma pergi sampai tak terlihat lagi bayangan Rahma dikelas itu, Andre hanya menunduk dan menghela nafas berat saat mendengar ucapan Rahma yang dingin.
       "Terserahlah sekarang apa mau kamu, aku gak mengerti dan tak bisa mengerti!" ujar Andre berjalan lunglai ke tempat duduknya.
****
       Rerintikan hujan semakin berjatuhan membasahi bumi tercinta, halilintar-halilintar kian menyambar, angin kian bergemerisik seakan-akan tak mau kalah dengan raungan sang halilintar, ditengah derasnya hujan yang berjatuhan, dari kejauhan samar-samar terlihat seorang cowok sedang merangkul ceweknya yang kini duduk disebuah ayunan klasik kayu-kayu yang kokoh, namun tak sekokoh hati gadis yang kini hanya duduk termenung sembari menggenggam tangan kekasihnya, waktu berjalan begiu cepat seiring detik yang berdetak, sampai akhirnya kesunyian itu pecah oleh kata-kata yang keluar dari bibir manis gadis itu.
      "Maaf" ujarnya.
      Ya, hanya satu kata yang keluar dari mulut gadis itu.
        
   Bersaambuung,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar