Selasa, 14 Juni 2011

cerpen stress_Lupa :)


Samar-samar kokok ayam terdengar berseru berpacu bersama azan yang berkumandang dari surau sebelah kiri itu, langit hitam kini mulai membiru menampakkan sedikit sinaran fajar pagi. Terdengar dari gedung santriat mikrofon telah menjerit-jerit laksana ingin menelan setiap yang mendengarnya.
            “Desi, handphone kamu jangan lupa di simpan” Bisik Andin yang tengah bersiap kesurau.
            “Aduh, iya An gimana nih?” Desi kebingungan “Ah, udahlah, Desi bawa aja kesurau”
            Tiba-tiba di depan pintu telah berdiri umi paling killer seantero pesantren itu sembari membawa sajadah yang sudah dipelintir, “Ayo cepat, azan sudah berkumandang. Batas waktu telat qomat, siapa yang telat siap-siap umi pukul pakai sajadah ini” seraya pergi kekamar yang lain.
            Satu persatu santriat keluar dari kamarnya masing-masing, kecuali satu santriat yang tengah asyik berkelana di alam bawah sadarnya, tak ada satu pun yang ingat kepada santriat itu.
            “Hoaaam” santriat itu bangun seraya merenggangkan tangan dan otot-otot badannya.
            Sembari melihat kiri kanan, Adelia santriat yang baru saja bangun itu kebingungan. Diliriknya jam dinding yang tengah kokoh berdiri tepat selurusan dengannya.
            “Waa,,, telat,!!” teriaknya.
            Dengan ancang-ancang langkah seribu, Adelia pun berlari tergopoh-gopoh ke kamar mandi ‘tuk mengambil air wudhu dan segera bersiap-siap.
            “Astagfirullah, mati aku. Handphone ku belum disimpan” ujar Adelia kepanikan
            Sembari mengacak-acak seluruh isi kamar, Adelia tetap tak menemukan tempat penyimpanan yang bagus untuk handphonenya, keringat dingin kian mengalir tiada henti-hentinya diseluruh tubuh Adelia, samar-samar terdengar hentakan langkah kaki berat menuju kamarnya. Tanpa berpikir panjang pun Adelia nekat membawa handphonenya kesurau.
            Tanpa disadarinya umi Kira telah berada didepan pintu dengan sebuah lilitan sajadah andalannya, dengan cengengesan Adelia yang tengah panik hanya berlari dan menerobos umi Kira, naasnya lagi, tiba-tiba terdengar sebuah ringtone handphone standar memecahkan keheningan pagi itu.
Dengan tatapan yang seakan menyelidik umi Kira menatap Adelia sembari bertanya, “Kamu bawa handphone Adelia?”
Sembari menggeleng kuat Adelia tersenyum kecut dan pergi meninggalkan umi Kira yang hanya mengangguk dan mulai menggeledah isi kamar mereka. Tampak beberapa umi dan ustad lain ikut masuk serta ikut menggeledah kamar-kamar yang lain. Ya, pagi itu razia besar-besar tengah dilaksanakan.
“Adel, kamu kenapa?” tanya Desi kebingungan.
“Duh Des, dimana kamu nyembunyiin handphone kamu?”
Desi hanya menunjuk ketempat sampah yang tak jauh dari surau mereka, dengan bergegas Adelia berlari menunjuk ketempat sampah yang ditunjuk Desi, dengan gesit di masukkannya handphone didalam plastik dan mulai membuangnya.
“Huft, lega deh” Adelia kembali duduk di samping Desi yang kebingungan.
Beberapa menit kemudian, terlihat seorang gadis tua yang tengah mengaduk-aduk sampah dan membuka satu persatu plastik berwarna yang menghiasi tempat sampah itu.
“Sari” panggil umi Kira kepada gadis tua itu “ketemu barang-barang terlarangnya?”
“ketemu mi, lumayan banyak” jawab Sari, ketua osis di pesantren itu.
“Bagus” ujar umi Kira.
Sementara itu, Adelia yang dapat melihatnya hanya bergumam kecil saja, “Mati aku”
Desi yang kebingungan melihat tingkah Adelia hanya bertanya, ”kamu kenapa sih Del dari tadi gelisah amat?”
Adelia yang udah putus asa dan ketakutan hanya menatap Desi dengan tatapan nanar, “Mati Adel Des, baru kemaren keluar dari serambi gara-gara handphone ketangkap, eh sekarang baru masuk lagi udah ketangkap lagi handphone Adel”
“Hah ketangkap?” Tanya Desi bertambah heran.
Adelia hanya mengangguk
Sembari meletakkan punggung tangannya ke kepala Adelia Desi hanya mengeleng-geleng, “Kamu gak sakit kan Del? Duh ampun deh kamu itu kan Cuma nginap disini, jadi bebas dunk mo bawa handphone apa nggak”
Adel yang mendengar omongan Desi hanya menepuk dahinya sembari nyengir tak karuan, “Aduuh, iya ya. Ih oon deh Adel Des”
Desi yang melihat tingkah Adelia hanya berputar arah tempat duduk menjauhi Adelia yang cengar-cengir dan berpura-pura tak mengenali Adelia.
Seraya menggelengkan kepala Desi hanya bergumam, “Adel,, Adel,, ckckckk”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar