Samar-samar
kokok ayam terdengar berseru berpacu bersama azan yang berkumandang dari surau
sebelah kiri itu, langit hitam kini mulai membiru menampakkan sedikit sinaran fajar
pagi. Terdengar dari gedung santriat mikrofon telah menjerit-jerit laksana ingin
menelan setiap yang mendengarnya.
“Desi, handphone kamu jangan lupa di
simpan” Bisik Andin yang tengah bersiap kesurau.
“Aduh, iya An gimana nih?” Desi
kebingungan “Ah, udahlah, Desi bawa aja kesurau”
Tiba-tiba di depan pintu telah
berdiri umi paling killer seantero pesantren itu sembari membawa sajadah yang
sudah dipelintir, “Ayo cepat, azan sudah berkumandang. Batas waktu telat qomat,
siapa yang telat siap-siap umi pukul pakai sajadah ini” seraya pergi kekamar
yang lain.
Satu persatu santriat keluar dari
kamarnya masing-masing, kecuali satu santriat yang tengah asyik berkelana di
alam bawah sadarnya, tak ada satu pun yang ingat kepada santriat itu.
“Hoaaam” santriat itu bangun seraya
merenggangkan tangan dan otot-otot badannya.
Sembari melihat kiri kanan, Adelia
santriat yang baru saja bangun itu kebingungan. Diliriknya jam dinding yang
tengah kokoh berdiri tepat selurusan dengannya.
“Waa,,, telat,!!” teriaknya.
Dengan ancang-ancang langkah seribu,
Adelia pun berlari tergopoh-gopoh ke kamar mandi ‘tuk mengambil air wudhu dan
segera bersiap-siap.
“Astagfirullah, mati aku. Handphone
ku belum disimpan” ujar Adelia kepanikan
Sembari mengacak-acak seluruh isi
kamar, Adelia tetap tak menemukan tempat penyimpanan yang bagus untuk
handphonenya, keringat dingin kian mengalir tiada henti-hentinya diseluruh
tubuh Adelia, samar-samar terdengar hentakan langkah kaki berat menuju
kamarnya. Tanpa berpikir panjang pun Adelia nekat membawa handphonenya kesurau.
Tanpa disadarinya umi Kira telah
berada didepan pintu dengan sebuah lilitan sajadah andalannya, dengan
cengengesan Adelia yang tengah panik hanya berlari dan menerobos umi Kira,
naasnya lagi, tiba-tiba terdengar sebuah ringtone handphone standar memecahkan
keheningan pagi itu.
Dengan tatapan yang seakan menyelidik umi Kira menatap
Adelia sembari bertanya, “Kamu bawa handphone Adelia?”
Sembari menggeleng kuat Adelia tersenyum kecut dan
pergi meninggalkan umi Kira yang hanya mengangguk dan mulai menggeledah isi
kamar mereka. Tampak beberapa umi dan ustad lain ikut masuk serta ikut
menggeledah kamar-kamar yang lain. Ya, pagi itu razia besar-besar tengah
dilaksanakan.
“Adel, kamu kenapa?” tanya Desi kebingungan.
“Duh Des, dimana kamu nyembunyiin handphone kamu?”
Desi hanya menunjuk ketempat sampah yang tak jauh dari
surau mereka, dengan bergegas Adelia berlari menunjuk ketempat sampah yang
ditunjuk Desi, dengan gesit di masukkannya handphone didalam plastik dan mulai
membuangnya.
“Huft, lega deh” Adelia kembali duduk di samping Desi
yang kebingungan.
Beberapa menit kemudian, terlihat seorang gadis tua
yang tengah mengaduk-aduk sampah dan membuka satu persatu plastik berwarna yang
menghiasi tempat sampah itu.
“Sari” panggil umi Kira kepada gadis tua itu “ketemu
barang-barang terlarangnya?”
“ketemu mi, lumayan banyak” jawab Sari, ketua osis di
pesantren itu.
“Bagus” ujar umi Kira.
Sementara itu, Adelia yang dapat melihatnya hanya
bergumam kecil saja, “Mati aku”
Desi yang kebingungan melihat tingkah Adelia hanya
bertanya, ”kamu kenapa sih Del dari tadi gelisah amat?”
Adelia yang udah
putus asa dan ketakutan hanya menatap Desi dengan tatapan nanar, “Mati Adel
Des, baru kemaren keluar dari serambi gara-gara handphone ketangkap, eh
sekarang baru masuk lagi udah ketangkap lagi handphone Adel”
“Hah ketangkap?”
Tanya Desi bertambah heran.
Adelia hanya
mengangguk
Sembari meletakkan
punggung tangannya ke kepala Adelia Desi hanya mengeleng-geleng, “Kamu gak
sakit kan Del? Duh ampun deh kamu itu kan Cuma nginap disini, jadi bebas dunk
mo bawa handphone apa nggak”
Adel yang mendengar
omongan Desi hanya menepuk dahinya sembari nyengir tak karuan, “Aduuh, iya ya.
Ih oon deh Adel Des”
Desi yang melihat
tingkah Adelia hanya berputar arah tempat duduk menjauhi Adelia yang
cengar-cengir dan berpura-pura tak mengenali Adelia.
Seraya
menggelengkan kepala Desi hanya bergumam, “Adel,, Adel,, ckckckk”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar